Tentunya dalam kehidupan kita ini begitu banyak individu
yang sering menyakitkan hati kita, mengguris dan melukakan perasaan kita bahkan
menjadikan jiwa kita berserabut dan penuh kebencian. Seringkali senyuman kita
kehilangan serinya, tawa kita menjadi sumbing dan air muka kita kehilangan
cahayanya setiapkali kita bertembung wajah dengan mereka. Bahkan ada yang
begitu dengki dan sengaja menyakitkan hati kita malahan sering mereka-reka
fitnah dan onar untuk mencacatkan kewibawaan kita.
Ya, inilah sebahagian dari warna warni hidup kita yang
menjadikan perjalanan hidup kita lebih unik dan jiwa kita akan menjadi lebih
matang jika kita mampu menyikapinya dengan betul.
Apa perasaan kita berdepan dengan golongan ini, walaupun
bilangannya mungkin tidak begitu ramai? Apa pula perasaan kita jika yang sering
menyakitkan hati kita itu ialah orang-orang yang begitu hampir dengan kita?
Bagi saya, tidak ada yang lebih baik selain memberi
KEMAAFAN. Ya, MAAFKAN MEREKA agar jiwa kita lebih lapang dan bahagia. MAAFKAN
MEREKA sehingga kebencian tidak lagi mampu mencemarkan keindahan budi atau
merubah rupa jiwa kita. MAAFKAN MEREKA agar kita mampu tersenyum melihat kehidupan.
Adakah kita merasakan kebencian kita itu menguntungkan kita
atau akan merugikan mereka? Apa yang kita dapat dari kebencian itu kalau bukan
keserabutan jiwa, kemarahan yang meluap-luap dan terusirnya ketenangan dan
kedamaian dari hati nurani kita? Bahkan setiapkali kebencian mula bertahkta dan
menguasai hati maka hati kita itu akan makin keras, gersang, kasar dan merosak
air muka kita. Hingga akhirnya dunia yang begitu luas terasa begitu sempit,
hidangan yang lazat hilang kenikmatannya dan tidur kita tidak lagi merehatkan
jiwa kita untuk mendepani hari baru. Jadi, nyatakan pada saya, apa untungnya
kebencian dan kemarahan kita itu kalau bukan menambahkan penderitaan keatas
penderitaan yang sudah sedia ada?
Jadi, MAAFKAN MEREKA kerana dalam kemaafan kita itu Allah
SWT menjanjikan keampunan. Bukankah dosa-dosa kita masih terlalu banyak
sedangkan kematian sering mengintai kita disetiap simpang siur kehidupan. Bagi
jiwa-jiwa yang menyakini hari pertemuan dengan Allah SWT tentunya kita
benar-benar rindukan pengampunan Allah SWT bahkan pengampunan itu lebih
berharga dari pertambahan usia. Apalah gunanya bagi umur yang bertambah tetapi
dosanya tidak berkurang. Apa yang kita harapkan dari kehidupan begini?
MAAFKAN MEREKA kerana kita juga sering membuat kesalahan dan
setiapkali kita membuat kesalahan, kita begitu rindu dan mengharapkan orang
lain menyikapi atau menghadapi kelakuan buruk kita dengan baik bahkan
menasihati kita dengan penuh hikmah. Kenapa apabila orang lain melakukan
kesalahan kepada kita, kita lalu marah-marah dan pamerkan wajah yang buruk dan
penuh kebencian.
MAAFKAN MEREKA, agar jiwa kita menjadi lembut bahkan
membuahkan kesabaran dan kepasrahan hingga kita mampu mengukirkan kesenyuman
dari relung hati kita yang paling dalam. Biarkan kemaafan itu menghiasi jiwa
kita dengan bunga-bunga kecintaan dan kasih sayang hingga mereka tertunduk
hormat dan malu kepada kita.
Pernah satu ketika, jiwa saya begitu menderita ketika
menghadapi salah seorang dari orang atasan saya. Dia merasakan dirinya yang
paling benar. Dia bukan sekadar menolak pandangan orang lain bahkan tidak
memberikan ruang untuk pandangan itu dikemukakan. Sedangkan apa yang
dilakukannya terlalu salah, buah fikirannya sudah ketinggalan zaman dan cara
pengurusan kerjanya sudah terlalu usang dan antik walaupun dari satu sudut saya
yakin dia begitu ikhlas dalam kerjanya. Tidak sesiapa yang selesa mengemukakan
pandangan kepadanya apatah lagi menegur kesalahannya walaupun kesalahannya
terang lagi bersuluh. Bahkan tingkahlakunya sering menjadi buah mulut rakan
sekerja.
Jiwa saya begitu menderita. Setiapkali ingin menyuapkan
makanan kemulut lalu terpandang wajahnya selera makan saya hilang serta merta.
Setiapkali saya pejamkan mata untuk tidur, wajahnya sering muncul dan bermain
dalam fikiran saya. Ketika berehat seringkali minda saya mengangankan saat-saat
saya berhujah dengannya dan dia menyikapi dengan sikap dingin dan keras kepala
hinggakan angan-angan itu menjadikan jiwa saya dililit kegelisahan dan
kemarahan. Ya, berbulan-bulan saya hilang kenikmatan jiwa ketika menginjakkan
kaki di tempat kerja.
Jiwa saya terus menderita hinggalah saya menemui penawarnya
yang begitu mujarab iaitu KEMAAFAN. Saya
katakan pada diri saya, kenapa saya harus membencinya. Dia
telah lakukan yang terbaik dengan apa yang dia faham, walaupun mungkin caranya
salah tetapi itu yang dia faham dan tentang keikhlasannya, Allah yang lebih
mengetahui. Kenapa saya harus membencinya sedangkan kebencian saya tidak akan
menjadikan dirinya betul atau membetulkan keadaan yang salah. Kenapa saya harus
membencinya sedangkan setiap manusia memikul beban dosa yang begitu banyak dan
saya sendiripun tidak terlepas daripadanya. Bahkan apabila tua nanti mungkin
saya akan akan lebih teruk daripadanya dan orang lain akan lebih membenci saya.
Lalu saya pejamkan mata saya, saya suarakan hati saya pada
Allah yang Maha Mengetahui; Saksikanlah ya Allah, aku maafkannya dan aku juga
mengharapkan keampunanMu. Saksikanlah ya Allah, aku kasihkannya kerana aku tahu
dia ikhlas beramal untuk keredhaanMu. Walaupun dia punya banyak kelemahan
tetapi didalam ilmu Mu ya Allah, dosa-dosa ku lebih banyak, walaupun aku
rasakan aku lebih baik daripadanya belum tentu ketika aku sampai keusia
sepertinya aku akan terus istiqomah diatas jalanMu yang benar ini ya Allah.
Semoga Engkau menerima amalnya dan amalku ya Allah.
Disaat itu saya terasakan seolah satu hijab gelap yang
menutupi hati saya terangkat dan limpahan cahaya kehidupan kembali menerangi
hati saya. Tidak ada lagi kebencian dan keresahan. Kemudiannya saya mencari
kesempatan untuk bermaafan dengannya. Semenjak itu hati saya kembali menemui
nikmat ketika ditempat kerja. Setiapkali bertembung wajah, senyuman begitu
mudah terukir pada wajah saya bahkan kami mampu duduk berbual dan bercerita.
Saya tidak maksudkan kita tidak perlu membetulkan yang
salah. Kata Ibnu Qayyim; Jika kamu ingin menyuruh yang ma’ruf pastikan ia
menjadi ma’ruf. Ya, jika kita inginkan kebaikan, biarlah tindakan dan cara kita
menghasilkan sesuatu yang baik atau lebih baik. Maknanya, setiap tindakan kita
perlu disesuaikan dengan niat, cara dan masa yang baik. Kalaupun usaha kita
tidak berjaya, yakinlah Allah menjanjikan ganjaran diatas usaha dan kesabaran
kita.
Maafkan mereka
agar jiwamu petah berbicara
mengajar insan erti bahagia
dan tersenyum dalam duka
Maafkan mereka
Agar hatimu lapang segala
Menikmati hari-hari baru
yang penuh duka lara
Maafkan mereka
Kerana jiwamu sedar mengerti
Hidup ini ada hari datang dan pergi.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan